Hallonusantara.com || BEKASI-Disadari ataupun tidak, rusaknya lingkungan hidup tentu akan berdampak sangat besar terhadap kelestarian ekosistem kehidupan itu sendiri termasuk kita sebagai manusia.
Pengelolaan dan penanganan sampah yang carut-marut ditambah tingkah polah oknum manusia yang dengan seenaknya membuang limbah pribadi maupun korporasinya tanpa memikirkan dampak resiko yang akan ditimbulkan menambah kompleks dan panjangnya permasalahan seolah-olah tidak pernah berujung.
Bahkan kita lupa bahwa negara kita adalah negara agraris yang notabene pertanian sebagai salah satu ujung tombaknya.
Kalau sarana dan prasarana ataupun sistem irigasi pertanian sudah rusak dan sudah tidak berfungsi apa jadinya terhadap para petani yang rata-rata di Indonesia sebagai pekerjaan utama penopang kehidupan?
Mungkin gak akan cukup waktu untuk sekedar membahas rusaknya lingkungan hidup tanpa didasari kesadaran semua pihak terutama kita sebagai manusia.
Terutama pemimpin dan penentu kebijakan baik pusat maupun daerah terkhusus untuk Kabupaten Bekasi.
Sampai kapan permasalahan sampah dan pencemaran lingkungan dibiarkan atau terjadi pembiaran dan ditindak tegas wahai penguasa Kabupaten Bekasi?
Apakah warga masyarakat akan anda biarkan mati kelaparan atau saking putus-asanya harus menjadi kriminal yang mengganggu keamanan kabupaten Bekasi yang kita cintai ini?
Salah satu contoh kepanikan kecil sudah ada atau mungkin banyak terjadi di wilayah Utara Bekasi tanpa kita ketahui.
Setidaknya kemungkinan gagal panen tak akan bisa terelakkan di Wilayah Utara, seperti di Kecamatan Muaragembong dan Kecamatan Sukawangi.
“Diperkirakan sekitar 500 hektar sawah yang sedang tanam padi sudah tidak mendapat pasokan air lagi terjadi di Kp. Penombo Muaragembong,” sebut Bosin salah satu warga pada Senin (22/8/2022).
“Belum lagi sawah yang ada di wilayah Desa Sukaringin dan Desa Sukakerta Kecamatan Sukawangi juga Desa Jayabhakti di Kecamatan Muaragembong Bekasi,” kata Bosin.
“Bahkan empat (4) Kepala Desa dari tiga kecamatan dan satu orang staff desa hari ini turun langsung untuk menurunkan tongkang (kerangka besi dan drum) ke Kali Cikarang sebagai anternatif bendungan untuk mengalirkan air ke sawah warganya,” beber Bosin.
Sedangkan, lanjut Bosin, sungainya banyak yang sudah tidak teraliri air akibat pendangkalan dan penumpukan sampah yang tak terurus.
“Sudah 6 tongkang yang kami turunkan dan masih sisa satu lagi. Sedangkan harga pembuatan tongkang sekitar 5-7 juta rupiah tergantung panjang dan tinggi tongkang yang sekitar 5-7 meter dan 5 truk batu kali dengan harga 250 ribu rupiah per truck-nya,” pungkas Bosin. (Mubarok).