Religi

Tahlilan, Tradisi Keislaman yang Mengakar Di Masyarakat Indonesia

85
×

Tahlilan, Tradisi Keislaman yang Mengakar Di Masyarakat Indonesia

Sebarkan artikel ini

Hallonusantara.com || Bekasi  – Tradisi tahlilan masih menjadi bagian erat dari kehidupan masyarakat Muslim di Indonesia. Acara doa bersama ini digelar sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang telah berpulang, sekaligus sebagai sarana mempererat hubungan sosial antar warga.

Seperti malam ini, Rabu (19/02) warga Kampung Bugel Salam Baru RT 001/001, Kelurahan Sertajaya, Kecamatan Cikarang Timur, menggelar tahlilan ke 5 hari untuk mengenang almarhumah Hj. Diah binti H. Naiman. Acara ini dihadiri oleh sesepuh kampung dan warga muda, termasuk Asep Darmawan  selaku RW. Dalam sambutannya, Asep mengungkapkan bahwa almarhumah dikenal sebagai sosok yang baik dan salehah di lingkungan sekitar. “Tahlilan ini sudah menjadi bagian dari budaya di kampung kami sejak lama, bahkan sebelum saya lahir,” ujarnya.

Tahlilan sendiri merupakan tradisi yang berkembang di Indonesia dan beberapa negara lain, terutama di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Dalam praktiknya, tahlilan biasanya dilakukan pada malam pertama setelah wafatnya seseorang, lalu berlanjut hingga hari ketiga, ketujuh, keempat puluh, seratus, dan seribu hari.

Dalil dan Makna Tahlilan

Secara dalil, praktik tahlilan memiliki landasan dalam ajaran Islam yang menekankan pentingnya doa dan sedekah untuk orang yang telah meninggal. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim No. 1631)

Dalam hadis ini, jelas bahwa doa dari anak cucu dan kerabat yang masih hidup dapat memberikan manfaat bagi yang telah wafat. Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim juga menjelaskan bahwa doa merupakan salah satu cara terbaik untuk membantu mereka yang sudah berpulang.

Selain itu, dalam Shahih Muslim juga disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ menganjurkan umat Islam untuk membaca doa dan surat-surat dari Al-Qur’an untuk orang yang telah wafat, sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadis dari Abu Hurairah:

“Bacakanlah surah Yasin kepada orang-orang yang telah meninggal di antara kalian.” (HR. Abu Dawud No. 3121)

Tahlilan sebagai Perekat Sosial

Selain memiliki dimensi spiritual, tahlilan juga mempererat persaudaraan antar warga. Acara ini menjadi sarana untuk berkumpul, saling menguatkan, dan menunjukkan kepedulian terhadap keluarga yang ditinggalkan. Dalam suasana kebersamaan seperti ini, nilai-nilai gotong royong dan kepedulian sosial semakin terasa.

Di Kampung Bugel Salam Baru, tradisi tahlilan masih lestari dari generasi ke generasi. “Ini bukan hanya soal doa, tetapi juga menjaga hubungan sosial, menunjukkan rasa hormat, dan kebersamaan,” tambah Asep Darmawan.

Malam ini, suasana haru dan khidmat menyelimuti rumah duka. Para hadirin membaca tahlil dan doa bersama dengan penuh kekhusyukan, berharap agar almarhumah Diah binti H. Naiman mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.

Di tengah perkembangan zaman dan berbagai perubahan budaya, tahlilan tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Muslim Indonesia. Tradisi ini tidak hanya memperkaya spiritualitas umat Islam, tetapi juga menjadi jembatan silaturahmi yang mempererat ukhuwah Islamiyah. (Iwan Ridwan)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses