Daerah

Umat Buddha Cianjur Rayakan Hari Suci Kathina 2025: Wujud Kebajikan, Syukur, dan Toleransi Antarumat Beragama

47
×

Umat Buddha Cianjur Rayakan Hari Suci Kathina 2025: Wujud Kebajikan, Syukur, dan Toleransi Antarumat Beragama

Sebarkan artikel ini

Hallonusantara.com || Cianjur — Umat Buddha di Kabupaten Cianjur menggelar Peringatan Hari Suci Kathina Tahun 2025 dengan penuh khidmat di Wihara Sakyawanaram, Desa Cipendawa Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, pada Minggu (19/10/2025).

Perayaan ini menjadi puncak berakhirnya masa Vassa atau masa berdiam diri selama tiga bulan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni, sekaligus momentum memperkuat nilai kebajikan, kepedulian sosial, dan toleransi antarumat beragama.

Ketua Panitia Kathina 2025: Ladang Kebajikan dan Kepedulian Sosial

Ketua Panitia Hari Suci Katina 2025, Willy, menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya acara yang dihadiri ratusan umat Buddha dari berbagai daerah, termasuk Cianjur, Bandung, Sukabumi, dan Karawang.

“Kami bersyukur atas kehadiran seluruh umat yang telah meluangkan waktu untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan Katina 2025. Mulai dari persembahan dana Kathina, kerja bakti, hingga dana kepada anggota Sangha — semua ini menjadi ladang kebajikan bersama,” ujar Willy dalam sambutannya.

Ia menambahkan, selain ritual keagamaan, peringatan Katina tahun ini juga diisi dengan kegiatan sosial yang akan dilaksanakan pada 16 November 2025 bekerja sama dengan Yayasan dan Masyarakat Indonesia.

“Kami telah menjadwalkan kegiatan bakti sosial berupa pemeriksaan kesehatan gratis, donor darah, pembagian kacamata, serta kegiatan sosial lainnya. Ini wujud nyata kebajikan umat yang manfaatnya dapat dirasakan masyarakat sekitar wihara,” imbuhnya.

Selain itu, pada 23 November 2025, panitia akan menyelenggarakan peringatan HUT Wihara Sakyawanaram ke-52 dengan kegiatan Dharmapak dan syukuran bersama umat.

“Kami ingin menjadikan momentum ini sebagai ungkapan rasa syukur atas perkembangan Wihara Sakyawanaram yang kini semakin nyaman dan menjadi pusat pembinaan spiritual umat Buddha,” tutup Willy.

Pandita Budhayana Yesika Susanti: Katina, Masa Suci Penuh Kebajikan

Pandita Budhayana Yesika Susanti menjelaskan makna dan sejarah Hari Suci Katina bagi umat Buddha.

“Katina adalah masa suci di mana para Bhikkhu menjalani masa berdiam diri di dalam wihara selama musim penghujan. Dalam masa ini, mereka tidak diperkenankan bermalam di luar wihara dan harus segera kembali setelah beraktivitas,” terang Yesika.

Ia menuturkan bahwa tradisi Kathina telah berlangsung sejak masa Sang Buddha, sebagai bentuk welas asih untuk melindungi makhluk kecil saat musim hujan.

“Setelah tiga bulan berdiam diri, umat kemudian mempersembahkan jubah Katina sebagai penghormatan dan dukungan kepada para Bhikkhu,” jelasnya.

Menurutnya, peringatan Katina tahun 2025 yang bertepatan dengan penanggalan Buddhis Era 2579 menjadi pengingat bagi umat agar senantiasa menanamkan kebajikan dan menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

“Peringatan Kathina bukan hanya tradisi, tetapi momentum spiritual untuk memperkuat keyakinan, berbagi kebajikan, dan menumbuhkan toleransi antarumat beragama,” pungkas Yesika.

Ketua Persamuan Umat Buddha: Apresiasi kepada Anggota Sangha

Ketua Persamuan Umat Buddha Wihara Sakyawanaram, David Kurniawan, menjelaskan bahwa perayaan Kathina merupakan bentuk apresiasi umat kepada anggota Sangha setelah menyelesaikan masa Vassa.

“Perayaan Kathina ini adalah ungkapan terima kasih umat Buddha kepada para Bhikkhu dan Bhikkhuni yang telah menjalani latihan spiritual selama tiga bulan. Apresiasi tersebut diwujudkan melalui pelaksanaan dana berupa jubah, obat-obatan, alat kebersihan, dan kebutuhan pokok lainnya,” ujar David.

Ia menyebutkan, acara tersebut dihadiri 11 anggota Sangha serta lebih dari 300 umat Buddha dari berbagai daerah.

“Dukungan umat melalui perayaan Kathina penting agar anggota Sangha dapat terus membabarkan Dharma dan membimbing umat secara spiritual sesuai ajaran Sang Buddha,” jelasnya.

Makna dan Tujuan Peringatan Katina

Perayaan Hari Suci Kathina menjadi wujud penghormatan dan dukungan umat terhadap keberlangsungan Sangha, sekaligus sarana memperkuat kelestarian ajaran Buddha.
Melalui momentum ini, umat diharapkan terus meneladani ajaran Sang Buddha dengan menumbuhkan rasa welas asih, kebersamaan, dan kepedulian sosial, serta mempererat toleransi dalam keberagaman bangsa Indonesia.

(Bet)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses