Hallonusantara.com || Cianjur — Sejumlah petani sayuran di Blok Ciguntur, Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, mengeluhkan turunnya harga hasil panen yang tidak sebanding dengan tingginya biaya produksi serta buruknya kondisi infrastruktur menuju lahan pertanian.
Penurunan harga komoditas sayuran terjadi sejak beberapa pekan terakhir dan berdampak langsung terhadap pendapatan petani. Salah seorang petani, Abah Dedek (58), mengungkapkan bahwa harga berbagai jenis sayuran anjlok tajam.
“Harga cabai merah dari kebun sekarang hanya Rp30.000 per kilogram, padahal sebelumnya bisa sampai Rp43.000 sampai Rp45.000. Cabai hijau cuma laku Rp18.000 sampai Rp20.000 per kilogram, sebelumnya Rp35.000. Sedangkan sawi putih dan pakcoy malah hanya dihargai Rp1.000 per kilogram — itu pun masih harga kotor,” ujar Abah Dedek saat ditemui di lahan kebunnya, Minggu (26/10/2025).
Menurutnya, penurunan harga tersebut tidak sebanding dengan pengeluaran yang tetap tinggi. Meski harga pupuk urea kini turun dari Rp230.000 menjadi Rp170.000 per sak, biaya pestisida, obat tanaman, serta ongkos tenaga kerja masih mahal. Kondisi diperparah oleh akses jalan pertanian di Blok Ciguntur yang rusak berat, membuat biaya transportasi hasil panen meningkat.

“Kalau jalan ke kebun masih rusak seperti ini, biaya kirim ke pasar tambah mahal. Kadang hasil panen juga rusak di jalan karena aksesnya susah. Kami rugi dua kali — harga turun, biaya naik,” keluhnya.
Keluhan serupa disampaikan sejumlah petani lainnya. Mereka menuturkan bahwa harga sayur-mayur di tingkat petani terus menurun, sementara biaya produksi terus membengkak. Kondisi tersebut membuat banyak petani kesulitan memenuhi kebutuhan harian, bahkan terancam berhenti menanam jika tidak ada perhatian dari pemerintah.
“Kami berharap pemerintah desa, daerah, maupun pusat turun tangan. Tolong perbaiki akses jalan pertanian kami yang sudah lama rusak. Dari hasil tani di daerah ini, sebenarnya kontribusi untuk perekonomian cukup besar, tapi kami seperti dibiarkan,” ungkap seorang petani lainnya.
Para petani berharap pemerintah tidak hanya fokus pada subsidi pupuk, tetapi juga memperhatikan pembenahan infrastruktur pertanian dan stabilisasi harga komoditas. Menurut mereka, langkah tersebut penting agar petani bisa terus bertahan dan berproduksi.
“Petani kecil seperti kami bisa bertahan kalau ada perhatian pemerintah. Kalau tidak, banyak yang akan berhenti tanam karena hasilnya tidak menutupi modal,” tutup Abah Dedek.
(Bet)













